Artikel
KASIH KARUNIA, TORAH dan LEGALISME Oleh Gmb Ir Benyamin Obadyah

Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman. (Mat 28 19-20)

Jumat, 14 Juni 2019 - 22:53:08 WIB
KASIH KARUNIA, TORAH dan LEGALISME Oleh Gmb Ir Benyamin Obadyah
Diposting oleh : Administrator
Kategori: Pengajaran - Dibaca: 1854 kali

Banyak orang Kristen menganggap bahwa kasih karunia berlawanan dengan Torah, tanpa menyadari bahwa anggapan itu adalah sebuah ‘teologi’, sebuah ‘tafsir’ dan bukan Firman Tuhan dalam artinya yang jelas. Tulisan ini akan menunjukkan bahwa dalam Torah dan Tanakh ( ‘Perjanjian Lama’) Tuhan telah menunjukkan kasih karuniaNya, bukan hanya pada Perjanjian Baru (PB). Karena itu lawan dari kasih karunia bukanlah Torah, tetapi  legalisme!

 

Mari kita lihat Tanakh (PL). Perkataan Kasih-karunia adalah terjemahan dari kata Ibrani khen   

yang berarti tindakan yang kuat menolong yang lemah dalam keperluannya akan pertolongan karena keadaannya. Pihak yang kuat menolong karena keputusannya sendiri, walaupun hal ini dapat pula didorong oleh permohonan si lemah. Dengan pemahaman ini kita mengerti bahwa p ada saat Adam dan Hawa jatuh dalam dosa, Yahweh Elohim menyembelih binatang agar kulitnya dapat dipakai menutup aib Adam dan Hawa (Kej 3:21), sesungguhnya didorong oleh khen, kasih karunia. Tanpa diminta Yahweh Elohim mengulurkan tangannya untuk menutup dosa mereka. Tetapi khen juga dapat diberikan bila si lemah memohon pertolongan, yaitu dengan doa. Tuhan memerintahkan umatNya berdoa karena Ia ingin memberi khen kepada mereka (Yer 33:3). Buku pertama Torah, Bereshit 6:8, menulis bahwa  Nuh mendapat kasih karunia [KHEN] di mata YaHWeH (Kejadian 6:8). Demikian juga bangsa Israel mendapat kasih karunia ketika mereka berjalan menuju Tanah Perjanjian, Ia [Israel] mendapat kasih karunia [KHEN] di padang gurun (Jeremyah 31:2). Dengan khen yang sama juga, orang Kristen bangsa-bangsa diselamatkan. Dalam penyelamatan manusia berdosa, setelah ditolong keluar dari lumpur dosa, segala dosa kita pun diampuni. Fakta ini menunjuk pada suatu kebenaran bahwa khen tidak dapat dilepaskan dari suatu kata lain yaitu khesed  yang berarti perkenan, belas kasihan yang sangat erat dengan pengampunan dosa.  Khesed diterjemahkan sebagai kasih setia dan adalah karena khesed dari Tuhan maka dosa-dosa kita tidak diperhitungkan.

 Tidak dilakukan-Nya kepada kita setimpal dengan dosa kita, dan tidak dibalas-Nya kepada kita setimpal dengan kesalahan kita, tetapi setinggi langit di atas bumi, demikian besarnya kasih setia [KHESED]-Nya atas orang-orang yang takut akan Dia (Mazmur 103:10-11)

.

 

Jelas, Tanakh (PL) mengajarkan orang berdosa dapat diterima oleh Bapa karena khen dan khesed dari Tuhan. Pertanyaannya, berapa banyak kata khen dan khesed muncul dalam Tanakh? Khen (SC 2580) muncul 70 kali sedang khesed (SC 2617) muncul 251 kali. Total khen dan khesed dalam PL berjumlah 321 kali. Sekarang kita bandingkan dengan jumlah kasih karunia dan kasih setia yang muncul dalam Kitab Rasuli (‘Perjanjian Baru’, PB) dalam bahasa Yunani. Septuaginta (Tanakh ‘PL’ dalam bahasa Yunani), menerjemahkan khen (Ibr) menjadi kharis (Yun). Kata kharis dalam PB Yunani muncul 233 kali. Khesed (Ibr) diterjemahkan menjadi Eleos dalam Septuaginta. Kata eleos dalam PB Yunani muncul 50 kali. Total kharis dan eleos dalam PB Yunani berjumlah 283 kali. Jadi jelas, padanan kata khen dan khesed yaitu kharis dan eleos dalam PB Yunani lebih sedikit daripada PL Ibrani. Dengan perkataan lain, dalam Tanakh (PL), kasih karunia dan kasih setia lebih banyak daripada dalam PB! Takjub? Bukankah ini bertolak belakang dengan anggapan ’teologis’ orang Kristen? Mengapa ini dapat terjadi? Jawabnya mudah, karena tafsir teologi telah ‘membutakan’ mata rohani banyak orang Kristen untuk percaya bahwa Tuhan memberi kasih karunia dan pengampunan hanya dalam PB, bukan PL. Suatu anggapan yang telah dibuktikan keliru karena tanpa dasar alkitabiah.

Lawan dari kasih karunia adalah legalisme. Legalisme adalah paham seseorang yang menyangka bahwa perbuatan baiknya akan dapat menarik turun perkenan Tuhan. Ini berarti keselamatan seseorang dapat diusahakan oleh dirinya sendiri. Legalisme adalah istilah baru, pada abad pertama istilah ini diungkapkan dengan berbagai istilah seperti munafik, kuburan yang dilabur putih seperti yang diucapkan oleh Yeshua, “Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu sama seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran” (Mat 23:27). Jelas, Yeshua menuding kaum Farisi dan ahli Taurat pada zamanNya sebagai kelompok legalistik.  Melihat Yeshua mengkritik kaum Farisi dan ahli torah sebagai  legalistik maka banyak orang Kristen berpikir bahwa torah itu penuh dengan legalisme dan karenanya ditentang oleh Yeshua. Di sini salahnya kebanyakan orang Kristen.  Yeshua tidak menentang Torah, Yeshua menentang tafsir ahli torah terhadap torah! Banyak orang termasuk pendeta dan ahli teologia pun tergelincir di sini. Kalau Yeshua melawan Torah maka ia melawan perintah BapaNya, padahal ia datang untuk melakukan kehendak Bapa ( Yoh 4:34) dan apa yang diucapkannya berasal dari Bapa sendiri (Yoh 14:24). Kalau Yeshua menentang Torah Ia bukan ‘Anak yang Ku-kasihi,kepada-Nyalah Aku berkenan’ (Mat 3:17).  Mengapa legalisme tidak disukai, baik oleh Yeshua maupun oleh Bapa? Karena legalisme melakukan perintahNya tanpa hati, tanpa kasih, dangkal, menekankan  penampilan luar tanpa kedalaman, merasa cukup padalah penuh kekurangan. Manusia puas dengan penampilan luar saja tetapi YHVH melihat hati” ( I Sam 16:7).

Apakah hanya kaum Farisi abad pertama saja yang bersifat legalistis? Tentu tidak, di kalangan Kristen abad 21 yang notabene ‘secara teologis’ telah hidup di bawah kasih karunia pun masih banyak yang hidup secara legalistis. Ketika seseorang merasa bangga dengan kekristenannya, tetapi tidak pernah taat pada perintah-perintah Mesias Yeshua, ia hidup dalam legalisme. Orang yang  merayakan hari raya Kristen dengan anggapan supaya diperhitungkan sebagai pahala namun tanpa hati yang mengasihi perintah Tuhan,jelas legalistis. Mementingkan penampilan luar untuk mendapat pujian namun tanpa kasih kepada Tuhan dan sesama adalah sikap legalistis. Mari kita mengasihi Junjungan kita. YESHUA KESELAMATANKU, TORAH  KESUKAANKU.

Artikel Terkait


Gereja Kehilat Mesianik Indonesia

00094995

Pengunjung hari ini 57
Total pengunjung 94995
Hits hari ini 124
Pengunjung Online 1

Tentang Kami

WebSite ini dibuat sebagai wujud dari ketaatan iman, sebuah respon terhadap Seruan Mesianik atau yang lebih dikenal sebagai Amanat Agung (Matius 28: 19-20).

Kami Mengajak Anda untuk bersama sama Kami belajar pengenalan akan mesias Yeshua Secara utuh dan lengkap sampai kedatangan mesias yang kedua kalinya. Hidup Kita diberkati dan nama Tuhan dimuliakan sampai ke ujung-ujung bumi.

Blog

Alamat

Plaza Pasifik Blok A1 No 1 lantai 4,
Jl. Raya Boulevard Barat (samping MOI Kelapa Gading, Jakarta Utara.

Komplek Bumi Bintaro Permai
Jalan Bintaro Puspita IIC Blok D7-8, Kel. Pesanggrahan, Kec. Pesanggrahan, Jakarta Selatan.

+628129912430 (WA)

informasi@gemamesianik.org